1 hari pasca aku melahirkan bayiku telah berlalu, tapi aku belum juga diperbolehkan bertemu dengan baby girl-ku, karena TDku masih berkisar antara 190/100-180/100. Hari ini bahkan lebih ekstrim, para kerabat yang menengokku dibatasi dan dilarang berisik oleh para petugas medis, aku diharuskan untuk tidur yang cukup, istirahat maksimal, supaya TD cepat turun. Tapi bagaimana aku bisa istirahat dengan tenang? Pikiranku melayang jauh ke bayiku yang sedari kemarin belum aku peluk belum aku beri ASI. Siang itu papaku menengok bayiku di ruang bayi, yaa timbul rasa iba karena kata papaku, bayiku menangis seperti kelaparan. Yes, I was getting panick, was angry with all of this mess, was angry with my self, my baby starving because of me. Rasanya ingin marah, sangat ingin marah, semua jadi serba salah dan TD tidak kunjung turun malah meningkat karena emosiku yang melonjak. Hingga malam tiba tinggal aku dan suamiku yang menemaniku di RS. Zuster yang memantauku tiap 2 jam kembali masuk ruangan kamarku, akhirnya kami beranikan diri untuk menanyakan kondisi bayi kami, ternyata bayiku belum minum cairan apapun sejak aku lahirkan, ohh my...lemas seketika tubuhku, rasa bersalahdan ingin marah seketika langsung mengalir dalam jiwaku. Aku tau bayi dapat bertahan 48 jam tanpa ASI sekalipun, tapi ini sudah lebih dari 30 jam dia tidak mendapatkan suply apapun, bagaimana jika ASIku tak langsung keluar? Bayi yang langsung minum ibunya setelah lahir saja ASInya belum tentu langsung keluar, menurut pengalaman kakakku yang melahirkan normal, ASI baru keluar sekitar 2 hari itupun sudah dihisap bayinya, walaupun ASI belum keluar hisapan bayi akan merangsang ASI keluar. Yah begitulah juga yang diajarkan padaku sewaktu ikut kelas senam hamil dulu, biarpun ASI belum keluar biarkan bayi tetap terus menghisap biar merangsang ASI jadi keluar. So, bagaimana dengan aku? Bayiku belum menghisapku sama sekali... akhirnya aku dan suamiku memohon pada zuster untuk memperbolehkan bayiku menyusu padaku.
Awalnya zuster tentu saja tidak mudah terayu dengan bujuk rayuku dan suami yang memohon agar bayiku diperbolehkan meyusu langsung padaku. Karena si zuster kekeuh dengan perintah dokter, sempat terfikir olehku untuk memberikan bayiku sufor (susu formula) tetapi setelah berkonsultasi dengan tanteku dr.Dwi Dian Indahwati, Sp.OG, beliau melarang keras memberi sufor, it’s a big NO NO, you have to breastfeeding your baby and your hypertension will be much better. Dari RS sama sekali tidak memberikan sufor, karena dari awal perjanjian dengan RS aku memberikan bayiku ASI. The good side is, RSIA Bunda Aliyah merupakan RS yang support ASI jadi untuk pemberian sufor harus ada tanda tangan persetujuan dari pasien, sufor dan botol susu juga harus disiapkan oleh keluarga pasien karena di RS ini memang tidak menyediakan sufor dan botol susu. Well, dengan pertimbangan dari hasil konsultasi dengan tanteku jadilah kami mengurungkan niat untuk memberikan sufor pada baby K dan kembali membujuk rayu si zuster untuk baby rooming in. Tindakan radikal akan aku ambil, jika si zuster tidak bisa dibujuk lagi, I’m gonna call the doctors *dan membujuk rayu dokternya tentunya hehehe*. Tapi akhirnya si zuster termakan wajah melasku juga... her comes the baby in my room....
My beautiful baby girl, finally we met again....
Hatiku terasa berbunga-bunga dan senang saat melihat box baby memasuki kamarku... oh my God, my beautiful little angel is here... can’t wait to hug you.... langsung aku ingin segera memeluknya dan menyusuinya... Dengan bantuan zuster, bayiku berada di pelukanku *harap maklum, di kamar rawat hanya ada aku dengan berlimpah selang ditubuhku dan suamiku yang menemaniku dan suamiku merasa belum fasih menggendong bayi jadilah si zuster ini yang membantuku*. Walaupun lengan kiri terpasang infus 2 line dan lengan kanan terpasang sfigmomanometer cuff yang memompa tiap 10 menit itu *saat mompa, lengan langsung jadi nyut-nyutan*, aku tetap berusaha keras memeluk bayiku. Posisi setengah duduk menurutku terasa lebih nyaman dari pada posisi miring, hari pertama setelah operasi miring kiri dan kanan terasaaa wow.. Aku langsung menyusui bayiku, mencari posisi ternyaman untukku dan baby K. Ouch, it wasn’t easy for the first time. Alhamdulillah ASIku langsung keluar walaupun gak banyak tetapi setidaknya dahaga bayiku sudah terlewati... Setelah menyusu, baby K tertidur pulas dan dia kembali dibawa ke ruang bayi *masih belum boleh rooming in*. Ajaibnya, setelah menyusui baby K, tekanan darahku turun perlahan. Hmm, dengan senang hati aku tunjukkan angka-angka indah di monitor itu kepada zuster... terbukti kan, menyusui menurunkan tekanan darahku... ternyata obat paling mujarab adalah anakku... Melihatnya, memeluknya, menyusuinya membuatku semangat untuk hidup dan semangat untuk cepat pulih...
Keesokan harinya tekanan darahku stabil di 150/90, bayiku sudah diizinkan dokter untuk rooming in *gak sia-sia perjuangan mama, nak...* walaupun monitor masih setia menemaniku. Saking senangnya baby rooming in karena bisa dekat dan menyusui bayiku kapan saja, rasanya mataku tak bisa terpejam walaupun baby box berada tepat disamping tempat tidurku. Rasanya pandanganku tidak bisa lepas dari si baby. Aku gak tau apakah aku terlalu khawatir atau terlalu senang sehingga mata tak bisa terpejam, sementara itu, walaupun monitor annoying itu keep beeping every 10 minutes, si baby K tetap bobo dengan tenang...
My baby K was sleeping so cutely