Blowing In The Wind Pink And Green Flower;

Monday, April 11, 2011

Siraman

Siraman merupakan salah satu upacara ritual adat Jawa yang dilaksanakan 1 hari sebelum pernikahan tujuannya supaya si calon pengantin ini bersih lahir batin… Sebelum acara siraman dimulai diadakan acara pengajian yang bertujuan untuk meminta doa restu kepada Allah SWT agar semua rangkaian acara pernikahan dapat berjalan lancar. Setelah acara pengajian, serangkaian upacara adat Siraman dimulai. Sebelum upacara inti Siraman dimulai, biasanya didahului dengan upacara pemasangan Blakatepe dan Tuwuhan.

Blaketepe


Merupakan tradisi membuat ’blaketepe’ atau anyaman daun kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manton. Tatacara ini mengambil ’wewarah’ atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja Mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan karena rumah Ki Ageng yang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang diluar rumah diteduhi dengan payon daun kelapa itu.

Dengan diberi ’payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung menjadi luas dan menampung seluruh tamu. Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut ’tarub’, berasal dari nama orang uang pertama membuatnya. Tatacara memasang tarub adalah bapak naik tangga sedangkan ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan ’blaketepe’ (anyaman daun kepala). Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi pengayom keluarga.

Tuwuhan


Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak uang dijodohkan dapat memperoleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah keluarga .

Tuwuhan terdiri dari :

  • Pasang Padi (melengkapi tuwuhan)
  • Pohon pisang raja yang buahnya sudah masak. Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah telah memiliki pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.
  • Tebu wulung. Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber rasa manis. Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu beryindak dengan ’kewicaksanaan’ atau kebijakan
  • Cengkir Gadhing. Merupakan simbol dari kandungan tempat jabang bayi atau lambang keturunan
  • Daun randu dan pari sewuli. Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehingga hal itu bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya.
  • Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan). Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan terbebas dari segala halangan.

Setelah upacara pasang Blaketepe dan Tuwuhan selesai, selanjutnya adalah prosesi Siraman.

Sungkeman / Pangabekten


Sebelum melakukan siraman calon pengantin harus melakukan sungkeman kepada Bapak dan Ibu pengantin. Pada acara sungkeman ini menunjukkan tanda bakti seorang anak kepada orang tua dan dan sekaligus menjadi ajang mencurahkan rasa terima kasih dan permohonan maaf dan doa restu seorang anak kepada orang tua nya.

Biasanya pada saat sungkeman ini suasana lumayan haruuu. Dan calon pengantin dan orang tua akan banjir air mata.

Siraman


Siraman dilaksanakan untuk menyucikan diri dan juga membuang segala kejelekan Calon Pengantin yang ada, agar calon pengantin dapat memulai hidup baru dengan hati yang bersih dan suci. Siraman dilakukan oleh 9 orang sesepuh termasuk sang Ayah. Jumlah sembilan tersebut menurut budaya Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran Wali Sanga, yang bermakna manunggalnya Jawa dengan Islam. Selain itu angka sembilan juga bermakna ’babahan hawa sanga’ yang harus dikendalikan.

Urut-urutan acara siraman adalah sebagai berikut:

  • Calon pengantin pria / perempuan dengan rambut terurai keluar dari kamarnya diiringi oleh orangtuanya masing-masing. Pengantin tersebut berjalan menuju tempat siraman.

  • Pengantin tersebut duduk di kursi dan memanjatkan doa.
  • Sang ayah memandikan sang pengantin, disusul oleh sang ibu.
  • Sang pengantin duduk dengan kedua tangan diletakkan di depan dalam posisi berdoa.
  • Mereka menuangkan air ke atas tangannya dan sang pengantin berkumur tiga kali. Lalu mereka menuangkan air ke atas kepalanya, muka, telinga, leher, tangan dan kaki masing masing tiga kali.

  • Setelah orangtua menyelesaikan prosesi siraman disusul oleh 7 orang lain yang dianggap penting.
  • Orang terakhir yang memandikan sang pengantin adalah Pemaes yang dianggap spesial setelah pini sepuh selesai melakukan siraman.
  • Potong Rikmo: Setelah selesai siraman, kemudian dilakukan prosesi potong rikmo / potong rambut. Potongan rambut calon mempelai akan ditanam pada upacara Tanem Rikmo di halaman rumah.

  • Bapak calon pengantin menuangkan air kendil dan memandu calon pengantin untuk melakukan wudhu.

  • Setelah selesai, ibu pengantin menutup dengan menyiram air kendil. Dan kemudian kendil dijatuhkan sampai pecah sambil mengucap: Niat ingsun ora mecah kendi, nangin mecah pamore anakku

  • Sang pengantin akan mengenakan handuk. Kedua orangtua pengantin perempuan menggendong anak mereka yang melambangkan ngentaske artinya mengentaskan seorang anak. (tapi aku cuma dituntun saja, karena orang tuaku juga sudah ga kuat gendong aku hehehe…., secaraanaknya udah beraaat bgt yaaa…)

  • Setelah acara Siraman, pengantin perempuan duduk di dalam kamarnya. Lalu sang pengantin akan dipakaikan bajukebaya dan kain batik bersiap siap untuk acara Midodaren (tapi aku ga ada acara midodaren hehe… dikarenakan, malem midodaren dimanfaatkan untuk acara pindahan orang serumah ke hotel, karena besok akad nikah pagi-pagi bgt lohhh…)

  • Untuk calon pengantin wanita, pini sepuh yang melakukan siraman haruslah berjenis kelamin wanita. Sedangkan untuk calon pengantin pria, pini sepuh yang melakukan siraman haruslah berjenis kelamin pria.

Pengiriman Air Perwito Adi ke CPP

Setelah air siraman dicampur di kediaman CPW. Dilakukan pengiriman air perwito adi ke kediaman CPP. Keluarga CPW mengirimkan 2 wakil (2 pasang suami istri) yang ditugaskan untuk menjadi wakil keluarga CPW dalam mengirimkan air perwito adi ke kediaman CPP.

Duta keluarga CPW ini akan menghadap orang tua CPP, dan menjadi saksi telah dilaksanakannya upacara siraman di kediaman CPP. Setelah CPP selesai melakukan siraman dan Potong Rikmo, potongan rambut CPP akan dibawah kembali ke kediaman CPW oleh Duta keluarga CPW. (tapi itu tidak dilakukan olehku karena calon suamiku tidak mengadakan acara siraman, dan pada saat aku sedang prosesi siraman, calon suamiku tercinta sedang terbaring di RS… )

Dodol Dawet

Jual Dawet diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambang kebulatan kehendak orang tua untuk menjodohkan anak. Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan ’kreweng’ (pecahan genting) bukan dengan uang. Hal itu menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Yang melayani pembeli adalah ibu sedangkan yang menerima pembayaran adalah bapak. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri, harus saling membantu. Dawet ini juga sebagai simbolisasi kalau esok hari pada saat akad nikah dan resepsi, tamu-tamu yang datang akan sebanyak dan seramai cendol dawet tersebut.

Potong Tumpeng Kamulyan

Bapak calon pengantin memotong tumpeng Kamulyan dan diberikan ke Ibu calon pengantin. Potongan tumpeng tersebut yang akan disuapi kepada calon pengantin pada saat acara Dulangan Kapungkasan.

Dulangan Kapungkasan

Suapan terakhir calon pengantin dari orang tuanya. Calon pengantin duduk diapit orang tua. Sebelum upacara Dulang Kapungkasan, Bapak calon pengantin menyerahkan hasil penjualan dawet kepada calon pengantin.

Pelepasan Ayam

Orang tua sudah setulus-tulusnya dan se ikhlas-ikhlasnya melepas putrinya untuk hidup mandiri. Bagaikan anak Ayam yang begitu dilepas sudah dapat mencari/ mengais makanan sendiri. Diharapkan untuk ke depannya putrinya dapat hidup mandiri dan dapat memperoleh rejeki yang luas dan barokah.

Semua prosesi siraman ini ditangani oleh Wedding Organizer Sanggar Saraswati (termasuk segala persiapannya), jadi aku tinggal terima beres dehh... Thanks a lot to WO Sanggar Saraswati for this beautiful moment..^^

Vendor: Wedding Organizer Sanggar Saraswati

Rating: 8,5

Sumber :

Majalah Mahligai Edisi Ke- 4 2007,

http://lovejournal.widjanarti.com/2008/07/01/susunan-acara-siraman/

http://citrawedding.multiply.com/journal/item/3

No comments:

Post a Comment